Monday, April 20, 2009

pendidikan 2009

Komunitas Pendidikan Menengah Berbasis TIK Diluncurkan

Semakin majunya era teknologi informasi dan komunikasi membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berpikir keras agar pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak ketinggalan. Karenanya, Pemprov DKI mencanangkan Komunitas Pendidikan Menengah Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Jakarta di dalam pendidikan SMA dan SMK Negeri. Pencanangan komunitas ini diluncurkan langsung Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta melalui pesan singkat kepada seluruh kepala sekolah yang hadir di Balai Agung, Selasa (14/10).

Kemudian Fauzi Bowo diberikan sebuah spidol oleh ROCI buatan seorang pelajar SMA Negeri di Jakarta. Spidol itu dipakai gubernur untuk menandatangi plakat yang disediakan Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi (Dikmenti) DKI Jakarta. Setelah peluncuran ini, artinya pelajar SMA dan SMK DKI tidak ketinggalan dengan negara maju dan berkembang lainnya. Seperti di Korea Selatan telah ada Cyber Korea 2001, Jepang dengan e-Japan Priority Program, Malaysia dengan Smart School dan negara-negara Eropa yang membangun e-Europe.

Meski baru diluncurkan sekarang, sebenarnya kegiatan pendidikan berbasis TIK telah diawali dengan berbagai kegiatan sejak 2003 antara lain pelaksanaan sistem software administrasi sekolah (SAS) offline dan online pada 2004 dan 2006, dan pemberian fasilitas kepemilikan laptop bagi guru pada 2006. Selain itu penambahan perangkat dan jaringan terus dilakukan. Hingga saat ini seluruh SMA/SMK negeri dan lebih dari 70 persen sekolah swasta sudah tersambung dengan jaringan internet.

Komputer yang terhubung ke internet lebih dari 10 ribu unit, dan 100 sekolah terpasang hotspot, 200 ruang guru dilengkapi LCD. Sedangkan guru yang telah memiliki laptop ada sekitar 7 ribu guru. AKhir tahun ini diharapkan seluruh SMA/SMK swasta sudah terhubung ke jaringan internet. Saat ini, terdapat 116 SMA negeri, 62 SMK negeri, 346 SMA swasta, dan 606 SMK swasta. Seluruh SMA dan SMK Negeri, komputernya telah terkoneksi dengan jaringan internet. Sedangkan untuk SMA dan SMK swasta baru, 60 persen terkoneksi dengan jaringan internet. Saat ini hanya ada 200 ruang kelas yang memakai LCD Projector dari puluhan ribu kelas di SMA dan SMK negeri dan swasta di Jakarta.

“Suatu dosa besar, jika Pemprov DKI dan berbagai instansi pemerintah lainnya tidak bisa menyiapkan murid-murid dalam pendidikan berbasis teknologi” - Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta

Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta menekankan, pemanfaatan TIK untuk SMA dan SMK baik negeri maupun swasta, harus diarahkan untuk peningkatan dan perluasan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan dan daya saing, serta peningkatan akuntabilitas dan citra publik. “Suatu dosa besar, jika Pemprov DKI dan berbagai instansi pemerintah lainnya tidak bisa menyiapkan murid-murid dalam pendidikan berbasis teknologi,” katanya dalam acara Pencanangan Komunitas Pendidikan Menengah Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Prov DKI Jakarta di Balai Agung, Selasa (14/10).

Karena, murid-murid SMA dan SMK harus siap menjadi basis pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan di masa mendatang. Sebab dengan TIK, secara langsung telah memengaruhi cara belajar siswa untuk mengolah berbagai informasi dari berbagai tempat. “Program ini bertujuan meningkatkan sektor informasi TIK terutama di bidang pendidikan yang akan menjadi kunci sukses negara di masa depan,” ujar dia. Hingga tahun ini, di DKI Jakarta telah ada 10 ribu komputer sekolah telah terhubung internet. Sejumlah sekolah telah dilengkapi dengan wi-fi dan hotspot.

Kendati demikian, terang mantan Wakil Gubernur era Sutiyoso ini, 30 persen SMA masih memiliki sistem komputer yang out of date dan perlu di-upgrade. 30 persen SMA dan SMK telah memiliki laboratorium komputer, tetapi 15 persen diantaranya laboratorium komputernya sangat minim sarananya.

Sementara itu, Margani Mustar, Kepala Dikmenti DKI menyatakan, pencanangan komunitas berbasis TIK ini merupakan upaya untuk membangun kultur yang memotivasi siswa agar mampu mandiri dalam berpikir dan belajar. Pencanangan ini merupakan wujud kolaborasi antara dinas pendidikan menengah dan tinggi, sudin dikmenti, sekolah, telkom, microsoft, oracle education foundation, one`s beyond dan yayasan yang berkecimpung dibidang pendidikan lainnya. “Target ke depan, setiap kelas ada LCD Projector dan komputer. Kemudian ada ruangan khusus untuk multimedia dan local area networking untuk memungkinkan pembelajaran online siswa se-Jakarta,” harap Margani.

Pencanangan Komunitas Pendidikan Menengah Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bukan untuk menghilangkan sisi humanisme para siswa, melainkan hanya untuk pembangunan kultur pemanfaatan TIK. Untuk mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan, maka masyarakat harus selalu dapat mengakses informasi. Dengan tersedianya infrastruktur TIK, sekolah harus membentuk jejaring antar institusi pendidikan agar dapat saling menukar pengetahuan dan sumber daya.(beritajakarta)



Trik menjadi murid sukses

Menjadi murid yang sukses tentu merupakan harapan kita semua. Baik itu murid sendiri maupun orang tuanya. Tetapi kenyataan di lapangan, murid yang sukses jumlahnya sangat sedikit. Ini tentu timbul pertanyaan mengapa demikian ?. Berdasarkan Human Development Index (HDI) Indonesia menempati peringkat 151, kalah jauh dengan negara-negara tetangga. Ini tentu sangat memprihatinkan. Melalui tulisan ini saya ingin mengajak para murid menjadi orang yang sukses, bagaimana caranya ? Berikut ini beberapa triks yang bisa digunakan yaitu :

  1. Merasa butuh dengan pelajaran

    Ada seorang nenek yang umurnya sangat lanjut. Selama hidup dia tidak pernah mengenal bangku sekolah. Tetapi dia bisa membedakan nilai mata uang rupiah dan bisa melakukan transaksi keuangan walaupun dia buta huruf. Kenapa bisa terjadi ? Hal ini disebabkan karena si nenek merasa butuh untuk mengenal nilai mata uang dalam kehidupan sehari-hari. Contoh lain warga suatu desa tidak pernah belajar konstruksi jembatan tetapi mereka bisa membuat jembatan dari bambu. Hal ini disebabkan karena warga tersebut butuh dengan jembatan itu untuk menghubungkan dengan desa sekitarnya sehingga mereka berusaha keras untuk belajar membuat jembatan. Mengapa murid kita tidak bisa menguasai materi pelajaran walaupun mereka belajar bertahun-tahun ? Hal ini dikarenakan para murid tidak merasa butuh dengan materi pelajaran tersebut. Murid kita tidak bodoh, mereka bahkan pintar, hal ini terlihat ketika murid kita dengan mudahnya menguasai game-game PS yang cukup sulit. Hal ini dikarenakan mereka butuh bisa untuk memainkan permainan PS tersebut. Jadi kunci untuk menjadi murid yang sukses adalah merasa butuh dengan pelajaran.

  2. Senang dengan pelajaran

    Jika seseorang anak lelaki senang dengan seorang anak perempuan maka anak lelaki tersebut akan berupaya untuk mendapatkan hati si anak perempuan dengan berbagai cara sampai dia berhasil. Demikian juga seseorang yang senang main gitar maka ia akan terus bermain walaupun membutuhkan waktu yang lama. Tidak ada rasa bosan jika seseorang menyenangi sesuatu. Nah, kunci sukses yang kedua adalah murid harus merasa senang dalam belajar. Belajar tidak dikarenakan paksaan dari pihak luar seperti guru dan orang tua. Belajar berjalan dengan sendirinya karena dia menyenangi pelajaran itu.

  3. Buat kebiasaan yang baik

    Setelah kamu merasa butuh dan menyenangi pelajaran maka kunci yang ketiga adalah selalu membuat kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang baik itu antara lain semangat untuk terus maju, mempunyai kedisiplinan dalam segala hal, mempunyai etos kerja yang tinggi dan suka membaca, menulis dan berkreasi.

  4. Peniru yang kreatif

    Agar bisa melakukan sesuatu maka jadilah peniru yang kreatif. Mengutip pendapat Romi Satrio Wahono, gunakanlah falsafah ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Amati yang mau dicontoh, kemudian buat seperti yang ditiru dan dilanjutkan dengan melakukan modifikasi dari aslinya.

  5. Religi

    Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, dimana kemampuan manusia hanya berusaha tetapi Tuhanlah yang menentukan. Setelah kita kerja keras maka hasil akhir pasrahkan pada yang Kuasa dengan berdoa dan melaksanakan semua kewajiban.

Itulah lima triks agar anda sebagai murid sukses. Selamat mencoba.



Mencari keberadaan anak berkebutuhan khusus untuk memfasilitasi pendidikannya

Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003, jumlah penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7 % dari jumlah penduduk 211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa.

Dari jumlah tersebut 21,42 % diantaranya anak cacat usia sekolah (5-18 tahun) atau 317.016 anak. Dengan menggunakan data dasar tahun 2003, kemudian diproyeksikan secara proporsional, maka jumlah anak cacat usia sekolah pada tahun 2007 menjadi 321.000 anak.

Angka dimaksud tentunya cukup signifikan menjadi sasaran perluasan dan pemerataan pendidikan bagi anak berkelainan/cacat guna menyumbang APM SD/MI/Paket A yang saat ini telah mencapai 94,90 % dan APM SMP/MTs/Paket B mencapai 92,52% (sumber: naskah sambutan Mendiknas pada upacara bendera peringatan Harkitnas Mei 2008) menuju penuntasan wajib belajar tahun 2008.

Kebijakan pemerataan pendidikan bagi seluruh anak bangsa merupakan realisasi terhadap amanat UUD 1945 (amandemen) pasal 31 ayat (2) yang menyatakan bahwa ”setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya”.

Kemudian ditindaklajuti dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat (2) bahwa ”warga negara yang berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”, dan pasal 7 ayat (2) bahwa ”Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”.

Atas dasar ketentuan di atas, maka dalam rangka menyukseskan program wajib belajar dan merealisasikan hak azasi manusia, layanan pendidikan bagi anak berkelainan/cacat perlu ditingkatkan. Kebijakan pemerintah dalam penuntasan Wajib Belajar juga disemangati oleh seruan international Education Far All (EFA) dan dikumandangkan oleh UNESCO, sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di DAKAR, Senegal tahun 2000.

Oleh karena itu pemerintah memberi peluang kepada anak berkelainan/cacat melalui pendidikan secara segregasi di SDLB, SMPLB, SMALB dan melakukan terobosan dengan memberi kesempatan memperoleh pendidikan di sekolah reguler (SD/MI,SMP/MTs/SMA/MA dan SMK/MAK) yang disebut "Pendidikan Inklusif (inclusive education)”.

Namun di luar dugaan keberadaan anak cacat tersebut masih harus terus dicari di bumi pertiwi ini. Menurut Statistik Sekolah Luar Biasa tahun 2006/2007 jumlah peserta didik penyandang cacat yang telah mengenyam pendidikan baru mencapai 87.801 anak (27,35%), dimana 72.620 anak mengikuti pendidikan segregasi di SDLB, SMPLB, SMALB atau SLB dan 15.181 anak cacat lainnya mengikuti pendidikan inklusif (sumber data: Direktorat PSLB).

Dengan demikian masih terdapat 233.199 (72,65%) anak cacat yang tinggal di desa, kecamatan dan kabupaten/kota belum mengenyam pendidikan. Oleh karena itu upaya pemerataan pendidikan itu menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Banyak penyebab mengapa jumlah anak cacat yang belum tersentuh pendidikan masih tinggi, antara lain:

  1. Orang tua cenderung menyem-bunyikan keberadaan anaknya yang cacat di rumah, sehingga tidak mempedulikan lagi pendidikan anaknya. Hal ini dilakukan karena keluarganya malu jika terbuka aibnya, kendati mampu membiayai sekolah. Perilaku tersebut tentunya bertentangan dengan UUD 1945 (amande-men) pasal 31 ayat (1),(2) dan UU Sisdiknas pasal 5 ayat (1), (2), pasal 7 ayat (2), pasa 32 ayat (1).
  2. Orang tua masih menerapkan paradigma lama bahwa menyekolahkan anak cacat kurang menguntungkan dipandang dari aspek ekonomi. Pada hal pendidikan merupakan investasi untuk masa depan anak, melalui proses pengajaran, penyebarluasan dan penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olah raga, serta penanaman nilai-nilai luhur untuk meningkatkan taraf hidupnya.
  3. Kondisi ekonomi orang tuanya memang benar-benar miskin, sehingga tidak mampu lagi membiayai sekolah anaknya. Akibatnya keluarga mengambil keputusan hanya memprioritaskan untuk membiayai kelangsungan hidupnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat keberadaan anak cacat tersebar di desa dan kecamatan yang kemungkinan termasuk kategori daerah miskin yang dapat memicu bertambahnya penderita gizi buruk, yang disinyalir sebagai salah satu penyebab kecacatan anak dalam kandungan ibunya. Berdasarkan data BPS tahun 2005 jumlah penduduk penderita gizi buruk mencapai 4,42 juta jiwa.
  4. Belum tersedianya SLB di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, di sisi lain anak cacat tertentu memerlukan pendampingan orang tuanya ke sekolah. Hal ini menimbulkan problema baru yakni biaya transportasi menuju sekolah sangat tinggi yang memberatkan beban orang tuanya.
  5. Keberadaan anak cacat belum dapat diterima sepenuhnya belajar bersama dengan anak biasa, karena anak biasa takut tertular perilaku atau terganggu oleh faktor higiennitas kehidupan seharĂ­-hari di kelas maupun dalam bermain.
  6. Upaya pemenuhan hak azasi anak cacat untuk mengenyam pendidikan oleh berbagai pihak belum dilakukan secara maksimal, termasuk belum optimalnya sosialisasi pentingnya pendidikan bagi anak berkelainan di seluruh pelosok desa dan kecamatan di Tanah Air.
  7. Biaya satuan pendidikan bagi siswa anak berkelainan/cacat relatif lebih tinggi dibanding dengan biaya satuan pendidikan untuk siswa biasa. Menurut hasil riset hal tersebut karena disamping anak cacat perlu fasilitas pendidikan pada umumnya, masih memerlukan pula alat pendidikan khusus, alat bantu khusus dan lainnya.
Beberapa permasa-lahan di atas secara bertahap dan berkelanjutan sebenarnya telah, sedang dan akan terus dicari dan diberikan solusinya. Pemerintah dalam hal ini Direktorat PSLB, Ditjen Manajemen Dikdasmen telah menyiapkan berbagai kebijakan dan/atau program, antara lain :

Pertama, penjaringan data anak cacat yang melibatkan berbagai unsur, antara lain: Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota/ Provinsi, Peme-rintah Daerah Kabupaten/ Kota/ Provinsi, BPS Kabupaten/ Kota/ Provinsi, Kantor Wilayah Departemen Sosial, Kantor Wilayah Departemen Agama, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi, Forum Komunikasi dan Asosiasi Peduli PLB serta LSM lainnya.

Kedua, pengembangan Sistem Informasi Manajemen Direktorat PSLB yang memiliki jaringan kerja dengan Sentra Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus di seluruh provinsi. Melalui SIM ini diharapkan masing-masing dapat mengakses data dan informasi PLB secara timbal balik untuk kepentingan pembinaan sekolah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Ketiga, pembangunan unit sekolah baru (USB) di kabupaten-kabupaten yang belum tersedia faslitas SLB, utamanya kabupaten yang telah menyiapkan lahan kosong yang memadai. Hal ini dipastikan dapat menampung anak cacat di desa dan kecamatan pada kabupaten yang bersangkutan. Jumlah SLB pada tahun 2006/2007 mencapai 1.569 sekolah, dimana 80,75% diantaranya SLB swasta (sumber data: Direktorat PSLB).

Keempat, memperluas implementasi program penyelenggaraan pendidikan inklusif (inclusive education), sehingga anak cacat yang tinggal di desa,kecamatan, kabupaten/kota memiliki peluang atas haknya untuk belajar bersama dengan siswa lain di sekolah reguler terdekat. Jumlah sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di Negeri ini pada tahun 2006/2007 mencapai 814 sekolah (TK,SD, SMP,SMA,SMK) yang berhasil menampung 15.181 anak cacat (sumber data: Direktorat PSLB).

Kelima, mensosialisasikan pentingnya pendidikan segregasi dan pendidikan Inklusif kepada masyarakat pengguna jasa pendidikan, yang diharapkan dapat mengubah paradigma orang tua untuk segera memberikan peluang pemenuhan dan penyamaan hak azasi anak cacat mengenyam pendidikan, sehingga anak cacat dapat mengaktualisasikan potensi kecerdasan dan bakatnya demi masa depan.

Keenam, pembangunan ruang kelas baru (RKB), pembangunan aksessibilitas anak cacat menuju sekolah inklusif dan sekolah segregasi, subsidi beasiswa cacat yang miskin, biaya operasional sekolah (BOS), melengkapi alat pendidikan khusus, alat bantu khusus, menyediakan ruang sumber, bengkel, alat keterampilan, alat olah raga, perpustakaan, mengalokasikan dana riset terkait dengan penelitian PLB dan lainnya.

Ketujuh, bekerjasama dengan Ditjen PMPTK membahas, mengusulkan untuk menyiapkan tenaga pendidik sebagai guru khusus di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dan sekolah segregasi. Guru khusus sangat berperan untuk mengajar, membimbing, menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar di sekolah, sehingga kemandirian sekolah dapat dijamin. Jumlah kepala sekolah dan guru di SLB sampai dengan tahun 2006/2007 mencapai 16.961 orang (data: Direktorat PSLB).***


Tips Menaikkan Kemampuan Siswa SMP dan SMU

5 tips ini dapat membantu Anda dengan cepat untuk menaikkan kemampuan siswa dan sekolah Anda.

  1. Naikan range nilai yang diharapkan. Jika Anda memiliki range penilaian seperti ini:
    range nilai: A (93-100), A- (90-92), B+ (87-89), B (83-86), B- (80-82), C+ (77-79), C (73-76), C- (70-72), D+ (67-69), D (63-66), D- (60-62), F (0-59) larilah, namun jangan berjalan ke tempat sampah terdekat lalu membuang hasil ujian itu. Naikkan rangenya. Jika range nilai yang diharapkan rendah maka hasil yang didapat akan selalu mengarah ke nilai yang rendah. Harapkan lebih dari siswa Anda dan ikat harapan itu menjadi sesuatu yang dapat diukur. Petunjuk: jika Anda menggunakannya untuk siswa Anda, apakah Anda juga menggunakannya untuk guru-guru? Lihat tips 2.

  2. Konsistenlah terhadap respon yang diberikan terhadap semua prilaku baik berupa penghargaan maupun hukuman. Juga konsistenlah terhadap nilai yang telah Anda tetapkan dan prilaku Anda. Jagalah konsistensi Anda bahkan disaat kita sedih. Model konsistensi untuk menjaga kelangsungan kemampuan staff Anda ataupun siswa Anda.

  3. Jelaskan secara rinci harapan Anda. Jangan menganggap seorang staff ataupun siswa mengetahui sesuatu. Komunikasikan dan jelaskan harapan tersebut. Ingatlah, pengkondisian dari pengalaman pekerjaan lampau, pengalaman sekolah, dan pengalaman rumah merupakan hal yang selalu ada dan mayoritas dari pengkondisian ini adalah negatif.

  4. Berikan nilai lebih untuk keberhasilan akademik dan kepemimpinan siswa dibanding keberhasilan dalam bidang olahraga. Keberhasilan akademiklah yang akan membawa 99% siswa Anda kedalam dunia nyata, bukan kemampuan atletik mereka. Kembali kepada 3 tips awal.

  5. Buanglah sampah dengan mengevaluasi strategi belajar Anda. Sebagai contoh, jika Anda menggunakan cooperative learning, tekankan hanya pada keterampilan yang diperlukan untuk menjadi berhasil.

Apakah nilainya bagi Anda, jika semua orang di sekolah Anda semua berbaris dengan arah yang sama dengan penuh energy dan antusias?



Solusi mengatasi harga buku yang mahal

Hari pertama sekolah, siswa dan terutama orang tua dikejutkan dengan biaya pembelian buku pelajaran yang sangat memberatkan. Biaya yang harus dikeluarkan di beberapa sekolah mencapai Rp. 1 juta per semester (Kompas, Selasa 15 Juli 2008).. Satu angka yang cukup fantastis. Buku-buku teks yang dipakai di sekolah merupakan keluaran dari penerbit buku ternama yang umum dipakai di sekolah. Untuk menekan harga buku, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebenarnya telah menyiapkan buku digital sebanyak 49 judul di internet. Buku-buku tersebut dapat diunduh (download) di http://bse.depdiknas.go.id, www.depdiknas.go.id, www.pusbuk.or.id dan www.sibi.or.id.

Namun keberadaan buku teks tersebut masih mendapatkan banyak kendala antara lain buku tersebut belum dapat diunduh dengan cepat, infrasruktur jaringan IT sekolah yang belum mendukung, kepemilikan komputer yang masih terbatas, biaya akses internet yang masih mahal dan banyak kepala sekolah dan guru yang tidak mengetahui program buku digital tersebut. Akibatnya buku teks digital belum banyak dipakai di sekolah.

Beredarnya buku teks pelajaran terbitan penerbit di sekolah sebenarnya disebabkan karena Bapak dan Ibu Guru tidak kreatif dan tidak mau susah dalam menyusun alat bantu pembelajaran sendiri dalam hal ini adalah buku pelajaran. Padahal salah satu point pengembangan profesi guru adalah menulis karya ilmiah. Melalui tulisan ini saya menghimbau kepada rekan-rekan guru marilah menyusun buku. Jika buku susah minimal modul atau diktat. Karena diktat yang kita susun sesuai dengan keinginan kita. Ibarat koki akan memasak dengan bumbu yang dipilih sendiri dan menu resep yang dibuat sendiri pula maka hasil masakan akan sesuai dengan yang diharapkan si koki.

Pengalaman saya, buku-buku yang dijual penerbit memiliki kelemahan. Apa itu ? Buku teks keluaran penerbit masing-masing memiliki kekurangan antara lain materi yang tidak lengkap, metode penyampaian materi yang kurang bagus, ketidakseimbangan antara teori dan praktek, latihan soal yang sedikit dan materi yang tidak update karena dicetak satu dua tahun yang lalu. Kalau mau ideal, maka seorang murid harus memiliki minimal 4 atau 5 buku dalam satu pelajaran. Salah satu cara agar Bapak dan Ibu guru menyusun diktat adalah perintah kepala sekolah.

Sebagai seorang yang memimpin sekolah, kepala sekolah dapat mewajibkan Bapak dan Ibu guru untuk menyusun diktat. Maka mau tidak mau, bapak dan ibu guru sebagai bawahan harus mematuhi. Tetapi ini dilakukan bertahap karena tidak semua guru memiliki kemampuan dalam menulis diktat. Atau bisa juga guru dalam mata pelajaran yang sama dapat berkolaborasi menyusun diktat. Referensi untuk menyusun diktat didapat dari berbagai sumber, bisa buku pelajaran keluaran penerbit, bisa download materi dari internet, bisa dari materi yang didapat pada saat forum ilmiah seperti seminar, workshop, pelatihan dll. Jika ada keinginan maka pasti ada kemauan, jika ada kemauan pasti ada usaha, jika ada usaha maka pasti ada hasil. Saya yakin, jika rekan-rekan guru terbiasa menggunakan diktat dalam proses belajar mengajar maka konsep buku mahal tidak akan terjadi lagi.

Teknis pemakaian diktat pada proses kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

  1. Diktat dalam bentuk softcopy

    Diktat model ini dapat dilakukan jika sekolah memiliki laboratorium komputer dengan akses jaringan Local Area Network (LAN). File master diktat disimpan di server dan murid dapat mengakses dari komputer klien. File diktat boleh dalam bentuk microsoft Word dengan extensi doc, atau boleh dalam bentuk PDF (Portable Document File). Untuk keamanan dari serangan virus komputer lebih baik jika file diktat dalam bentuk PDF.

  2. Diktat dalam bentuk hardcopy

    Cara yang kedua dapat dilakukan dengan mencetak diktat dengan printer kemudian diperbanyak dengan foto copy. Ini dilakukan jika sekolah tidak memiliki laboratorium komputer dengan jaringan LAN. Cara yang kedua ini juga bisa dilakukan jika murid ingin belajar dimana saja tanpa tergantung dengan komputer.

  3. Diktat dalam bentuk softcopy dan hardcopy

    Cara yang ketiga adalah kombinasi dari cara satu dan dua. Jika dilaboratorium komputer dengan cara satu dan jika diluar laboratorium komputer dengan cara dua.






4 Langkah Praktis untuk Meraih Impian Anda

Teknik pikiran “Repetitive Writing” atau “Penulisan Berulang”. Teknik pikiran ini sejujurnya mudah untuk membuat Anda bosan melakukannya, namun keuntungannya jauh lebih penting daripada investasi waktu Anda selama 10 menit untuk melakukannya setiap hari. Menuliskan harapan kita berulang-ulang akan mempengaruhi secara mendalam pikiran bawah sadar kita. Teknik ini berguna untuk menanamkan afirmasi dan membuat kondisi ideal.

Bila kita membahas tentang Teknik Penulisan Berulang maka dalam pikiran kita akan terbayang seorang guru Sekolah Dasar yang memerintahkan muridnya untuk menulis 100 kali “Saya tidak akan berbicara lagi di dalam kelas” untuk mendisiplinkan muridnya. Apa yang dilakukan oleh guru tersebut hampir benar. Mengapa dikatakan HAMPIR benar? Guru tersebut sekilas tampak seperti sedang menanamkan afirmasi pada muridnya, namun seperti kekeliruan yang dilakukan banyak orang dalam menuliskan afirmasi: penyusunan kalimat yang tidak tepat. Ia berfokus pada hal yang negatif.

Seperti yang sudah kita ketahui, pikiran bawah sadar bekerja berdasarkan gambar dan tidak dapat memproses kata negatif seperti ‘jangan’, ‘tidak’ atau ‘tidak dapat’. Ketika murid tersebut menuliskan, “Saya tidak akan berbicara lagi di dalam kelas,” maka pikiran bawah sadarnya membawa gambar tentang dirinya dan berbicara lagi di dalam kelas, dan dia justru mulai menanamkan dengan kuat tingkah laku yang sedang diusahakan untuk diubah.

Maksud baik Sang Guru ternyata justru menekankan pada tingkah laku yang ingin diubah. Tebaklah apa yang terjadi pada hari berikutnya! Kelas justru akan semakin ribut. Lalu bagaimana cara guru mendisiplinkan muridnya? Menulis berulang “Saya bersikap tenang di dalam kelas” pasti akan menghasilkan suasana kelas yang jauh berbeda.

Maka marilah kita gunakan informasi ini untuk penerapan yang praktis! 4 Langkah Sangat Praktis untuk Membuat Penulisan Berulang Anda yang dapat Anda lakukan adalah sebagai berikut:

  • Langkah 1:

    Pilihlah maksimal 3 sikap yang ingin Anda ubah. Idealnya, Anda memilih dan fokus pada satu saja tingkah laku sampai Anda lihat efek dari afirmasi Anda menjadi kenyataan, Anda dapat memulai dengan tujuan yang baru. Jika anda ingin mempercepat proses, ambillah tujuan yang sama dengan teknik pikiran Menanamkan Afirmasi yang Anda lakukan.

  • Langkah 2:

    Yakinlah bahwa Anda telah menyusun kalimat dengan benar. Ini adalah langkah sama yang Anda harus gunakan ketika Anda ingin menciptakan afirmasi Anda. Ingat! Kalimat Anda harus bersifat perseorangan atau pribadi, harus kalimat positif dan harus kalimat kondisi saat ini.

  • Langkah 3:

    Belilah sebuah buku tulis! Menggunakan buku tulis untuk menuliskan kalimat afirmasi Anda jauh lebih efektif daripada menggunakan lembaran kertas biasa. Letakkan buku ini di suatu tempat yang mudah Anda lihat atau jangkau! Ini mempermudah Anda untuk mengingatkan bahwa Anda harus menuliskan kalimat afirmasi setiap pagi dan malam.

  • Langkah 4:

    Tulislah tanggal pada bagian atas halaman dan tuliskan kalimat afirmasi Anda berulang-ulang pada setiap baris sampai penuh satu halaman. Rata-rata buku tulis memiliki baris antara 25 - 30 baris. Jumlah baris tersebut sangat cukup. Menuliskan harapan Anda berulang-ulang akan sangat jauh mempengaruhi pikiran bawah sadar Anda.

    Lakukan 4 langkah ini setiap pagi saat bangun dan setiap malam sebelum tidur. Sekali pikiran bawah sadar Anda menyerap sepenuhnya pernyataan afirmasi yang ingin Anda tanamkan dan memberikan kepada Anda alat untuk membuat segala sesuatunya menjadi nyata, akankah Anda mulai melakukan teknik ini untuk hasrat Anda selanjutnya?




  • Jenis & Jenjang Pendidikan

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

    Jenjang pendidikan

    Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

    Pendidikan anak usia dini

    Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini mulai lahir sampai baligh (kalau perempuan ditandai menstruasi sedangkan laki-laki sudah mimpi sampai mengeluarkan air mani) adalah tanggung jawab sepenuhnya orang tua, apakah anak itu mau diarahkan Yahudi, Majusi, atau nashrani, atau Islam. pertanyaannya bagaimana kalau kedua orang tuanya sibuk bekerja?

    Pendidikan dasar

    Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

    Pendidikan menengah

    Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun

    Pendidikan tinggi

    Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh [[perguruan tinggi Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA

    Materi pendidikan

    Materi Pendidikan harus disajikan memenuhi nilai-nilai hidup. nilai hidup meliputi nilai hidup baik dan nilai hidup jahat. penyajiannya tidak boleh pendidikan sifatnya memaksa terhadap anak didik, tetapi berikan kedua nilai hidup ini secara objektif ilmiah. dalam pendidikan yang ada di Indonesia tidak disajikan nilai hidup, sehingga bangsa Indonesia menjadi kacau balau seperti sekarang ini.

    Jalur pendidikan

    Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

    Pendidikan formal

    Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

    Pendidikan nonformal

    Pendidikan nonformal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.

    Pendidikan lanjutan meliputi program paket C(setara SLA), kursus, pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terogranisasi maupun tidak terorganisasi.

    Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC)yang menjadi bagian komponen dari Community Center.

    Pendidikan informal

    Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

    Jenis pendidikan

    Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

    Pendidikan umum

    Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

    Pendidikan kejuruan

    Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

    Pendidikan akademik

    Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

    Pendidikan profesi

    Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.

    Pendidikan vokasi

    Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

    Pendidikan keagamaan

    Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

    Pendidikan khusus

    Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

    Filosofi pendidikan

    Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."

    Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi. Kualitas pendidikan

    Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan,khususnya di Indonesia yaitu:

    Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.

    Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.







    No comments:

    Post a Comment